Sebagaimana disebutkan di atas bahwa Muhammadiyah kawasan Bojonegoro pertama kali berdiri di Sumberejo pada tahun 1947 dan menyebar ke wilayah lain seperti Kapas pada tahun 1959. Kawasan Kapas sendiri lebih tepatnya mulai terdapat dakwah Muhammadiyah di Desa Duyungan yang kini masuk Kecamatan Sukosewu. Dakwahnya dilakukan oleh Kyai Nursalim.
Tokoh lain yang ikut membantu perkembangan Muhammadiyah di sini adalah Mashudi, Mahfud Muharrom, dan SU. Bajasut. Topik dakwah utama yang dibawa oleh mereka adalah pemurnian tauhid dan upaya memerangi TBC (Tahayyul, Bid’ah, dan Churafat). Kawasan Kapas kini memiliki 4 ranting yakni Semenpinggir, Plesungan, Kedaton, dan Kapas.
Untuk Kecamatan Sukosewu, sebagaimana disebutkan bahwa paham modernisasi mulai masuk tahun 1953, yang mendorong berdirinya ranting-ranting Muhammadiyah di Sukosewu, Duyungan, Klepek, Semenkidul, Jumput, Pacing dan Sidodadi. Selain Sidodadi, semua ranting tersebut sudah memiliki amal usaha serta sudah diadakan pengajian rutin baik di masjid maupun bergantian di rumah pimpinan.
Di akhir tahun 50-an, yakni pada tahun 1959 Muhammadiyah masuk ke Kedungadem disebarkan oleh Suparto yang merupakan pegawai pengadilan yang berdiam di Kecamatan Kedungadem. Untuk penyebaran ke tiap ranting, beliau dibantu oleh Moh. Hazim, Ngabdan, dan H. Ya’kub. Metode dakwah yang digunakan tidak jauh dari pengajian dan khutbah Jum’at. Beberapa tahun kemudian, yakni pada tahun 1963 Muhammadiyah masuk ke Desa Sugihwaras dan Desa Bareng dibawakan oleh H. Ahmad Dahlan Nur dengan mendirikan madrasah yang bertujuan mempengaruhi pola pikir masyarakat sekitar. Pada tahun 1965, Muhammadiyah Sugihwaras secara resmi berstatus Cabang disahkan oleh PP Muhammadiyah.
Setahun setelah pengesahan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Sugihwaras, disahkan juga Muhammadiyah Cabang Kanor. Proses masuknya Muhammadiyah di Kanor tidak lepas juga dari peran Mashudi.
Pengenalan paham ini berjalan dengan lancar baik melalui hubungan kekerabatan maupun faktor interaksi dan hubungan kolegial. Tokoh lain yang punya andil dalam penyebaran Muhammadiyah di Kanor ada Jayusman (Jumo-Samberan), Munasir (Palembon), Danang Siswo Sudarmo ( Leran-Palembon), Kanapi Budi Maskidin (Sedeng), Ahyar (Simbatan), Dimhari (Pesen), Sumadi (Tejo) Talhah (Sarangan), Mahbub, Mashuri, Pasiran (Cangaan), Kasdan, Kuntari (Piyak), Kabul, K. Sulaiman (Tambakrejo), Subari (Pilang), Maskur, dan Kasdiran (Mejaeng-Bakung).
Sebagian tokoh perintis Muhammadiyah di Kanor merupakan PNS. Ketika ada kebijakan monoloyalitas, pada tahun 1971-1976 PCM Kanor nyaris tidaak ada kegiatan. Di tengah kegalauan tersebut muncul tokoh penggerak yakni Sa’adullah Sudarto, Abdul Wahab, Mulyono AR dan Syafi’i Huda. Mereka bersemboyan “Bendera boleh tidak berkibar, namun semangat dan ideologi harus tetap berkobar”. Dengan adanya penggerak ini, PCM Kanor akhirnya dapat terus berjalan sesuai dengan kemampuannya.
Paham Muhammadiyah masuk ke Kepohbaru takm lepas dari bubarnya Masyumi. Banyak aktivis Masyumi yang akhirnya terjun ke dunia pendidikan. Sebelumnya, guru-guru yang berasal dari Yogyakarta tahun 1959 telah mendirikan Madrasah Muhammadiyah dan kepanduan HW di Desa Mudung. Salah satu yang terkenal adalah Sumaryono yang berasal dari Klaten. Paham Muhammadiyah sendiri mulai diperkenalkan oleh Kyai Toha dari Desa Mudung, H. Darmin dan K. Toha dari Desa Sumberagung. Pada tahun 1970-an Muhammadiyah Kepohbaru masih tergabung dengan Cabang Baureno yang diketuai Israwan dari Gunungsari. Pada masa orde baru, tidak sedikit sekolah Muhammadiyah diambil alih oleh GUPPI yang menjadikan gerakan Muhammadiyah meredup. Namun pada tahun 1980-an beberapa madrasah tersebut mulai bergerak lagi. Pada tahun 1991, Muhammadiyah Kepohbaru memisahkan diri dari Cabang Baureno dan membentuk cabang sendiri, dengan ketuanya yakni Ngadino dari Desa Mudung.
Akhir era 90-an, lebih tepatnya pada 6 April 1999 M/ 19 Dzulhijjah 1919 H, Pimpinan Muhammadiyah Cabang Gondang berdiri. Sebelumnya Cabang Gondang masuk ke Cabang Bubulan. Cabang baru ini disebabkan karena Gondang sendiri merupakan kecamatan baru, sehingga statusnya naik menjadi pimpinan cabang. Pendirinya yakni Drs. H. Muslih Al-Ghomni yang merupakan guru di SDN Desa Pajeng. Selama 12 tahun, beliau berdakwah dengan metode Muhammadiyah. Tokoh lain yang berperan dalam pengembangan Cabang Gondang yakni Drs. Moh. Mun’im, seorang pengawas PLKB wilayah Bubulan dan Gondang.