Rapat koordinasi (rakor) Majelis Pendidikan Dasar Menengah (Dikdasmen) dan Pendidikan Nonformal (PNF) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bojonegoro digelar pada Jumat, 4 Juli 2025.
Rakor ini tidak hanya menjadi ajang konsolidasi dan pemantapan arah gerak pendidikan Muhammadiyah di Bojonegoro. Rakor ini juga menajdi momentum untuk menyegarkan pemahaman tentang tantangan pendidikan, khususnya di Muhammadiyah.
Yazid Mar’i hadir sebagai pembicara kunci (keynote speaker) dalam kegiatan rakor ini. Yazid Mar’i menekankan pentingnya pembaruan paradigma dalam dunia pendidikan Muhammadiyah.
Yazid menegaskan bahwa untuk mencetak generasi unggul, diperlukan pendekatan pembelajaran yang tidak sekadar transfer pengetahuan, melainkan menumbuhkan cara berpikir dan karakter kuat.
Yazid menjelaskan bahwa istilah deep learning bukanlah sebuah kurikulum. “Deep learning adalah metode pembelajaran yang menekankan pemahaman mendalam, keterampilan berpikir kritis, dan pemaknaan yang lebih luas terhadap materi yang diajarkan,” ujar Yazid.
Yazid juga menegaskan bahwa pengelola pendidikan harus memiliki visi pendidikan jangka panjang yang adaptif dan progresif di tengah arus perubahan yang makin cepat.
“Anak-anak kita harus memiliki daya saing tinggi. Hari ini, pesaing mereka bukan lagi sekolah atau madrasah sebelah. Pesaing sesungguhnya adalah arus globalisasi dan perkembangan zaman yang cepat,” ujar Yazid.
Tiga Karakter Sekolah Unggul
Yazid Mar’i menyampaikan tiga karakter utama sekolah unggul. Tiga karakter ini harus dipahami dan diimplementasikan oleh pengelola sekolah atau madrasah Muhammadiyah agar menjadi sekolah unggul.
Pertama, sekolah unggul memiliki visi yang jelas (clear vision). Visi sekolah Muhammadiyah harus dirumuskan dengan jelas, baik, realistis, dan dapat dipahami oleh seluruh pihak yang mengelola sekolah.
“Visi yang jelas harus dipahami oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah, Majelis Dikdasmen dan PNF, guru, tenaga kependidikan, wali murid, hingga unsur masyarakat sekitar. Sehingga semua pihak memiliki kesamaan pemahaman atas visi tersebut,” kata Yazid.
Kedua, memiliki nilai-nilai dasar (core values). Sekolah unggul harus berdiri di atas fondasi nilai yang kuat. ”Nilai-nilai dasar ini menjadi karakter dan budaya yang melekat pada seluruh aktivitas pendidikan serta menjadi pembeda utama dengan lembaga lain,” kata Yazid.
Ketiga, memiliki lingkungan pendidikan yang bersih, hijau, higienis, dan indah (clean, creen, hygienic, and beautiful environment). Lingkungan belajar harus dirancang dan dijaga agar bersih, hijau, sehat, dan indah.
“Sekolah bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi juga menjadi ruang tumbuh dan berwenang yang sehat secara fisik, psikologis, dan sosial,” tegas Yazid.
Rapat koordinasi sesungguhnya menjadi bagian dalam menguatkan komitmen untuk membangun pendidikan yang berkemajuan dan berkeadaban. Pendidikan berkemajuan dan berkeadaban dapat diwujudkan dengan menciptakan sekolah unggul.
Oleh karena itu, pemangku kepentingan pendidikan, meliputi pembuat kebijakan, pengurus, dan pengelola pendidikan Muhammadiyah di Bojonegoro harus makin siap dalam menghadapi tantangan zaman dengan meningkatkan mutu sekolah secara holistik.
Kontributor: Suprapto