Ngaji dari Ahmad Dahlan V: Ilmu dan Amal Kunci Keteraturan

Semua kita memahami bahwa hakikat manusia adalah makhluk pribadi yang bersifat sosial. Setiap individu saling melakukan interaksi, komunikasi, kerja sama, dan tidak jarang terjadi konflik dan perseteruan. Hal ini menjelaskan bahwa dalam kehidupan manusia ada banyak kemungkinan yang terjadi, posistif maupun negatif. Kondisi yang tidak bisa ditolak, namun bisa diatur.

Begitu juga, dalam hubungan antarmanusia dalam kehidupan sosialnya, ada hak dan kewajiban yang tidak boleh diabaikan. Masing-masing hak dijaga dan dihargai oleh orang lain, sebagai sebuah kewajiban. Hak setiap orang memiliki batas, yaitu hak orang lain. Saling menjaga agar masing-masing hak individu tidak tercederai adalah kewajiban setiap individu. Dalam satu hak yang dijunjung, melekat juga kewajiban untuk menjaganya.

Manusia, sebagai makhluk individu, apalagi sebagai makhluk sosial, memiliki kebutuhan yang sangat penting, yaitu kebutuhan akan keteraturan. Keteraturan adalah kondisi yang menjamin setiap individu dapat diterima, berinteraksi, dan merasakan kenyamanan dalam kehidupan bersama banyak individu lain. Kondisi yang teratur menjadi keinginan setiap individu agar keinginan dan kebutuhan dapat tercapai, tanpa menimbulkan gejolak dan konflik dengan individu lain.

Hidup teratur, yang dicita-citakan manusia, membutuhkan adanya aturan. Aturan, dalam apa pun bentukanya, secara filosofis dibuat untuk mencipatkan keteraturan dalam interaksi dan hubungan antarindividu. Keteraturan terjadi saat masing-masing individu bersepakat membuat aturan, kemudian komitmen dan konsisten menegakkan aturan tersebut. Aturan yang tegak secara konsisten, tidak hanya mewujudkan keteraturan, tetapi juga keadilan. Singkatnya, setiap manusia membutuhkan keteraturan, dan untuk itu dibuatlah aturan (hukum, norma, susila).

“Manusia harus mengikuti aturan dan syarat yang sah yang sesuai dengan akal pikiran yang suci, jangan membuat keputusan sendiri,” Ahmad Dahlan berwasiat dalam pidatonya. Manusia yang abai terhadap aturan, atau aturannya adalah “sesuai maunya sendiri” akan berbahaya dalam kehidupan bersama manusia. Aturan harus senantiasa dipahami, dicaritahu, dan ditegakkan dengan penuh kesadaran. Kehidupan akan tidak teratur ketika setiap orang membuat keputusan sendiri dengan egois. Akal pikiran manusia yang suci dan bersih memiliki orientasi untuk menegakkan aturan, bukan malah mengakali peraturan.

Kehidupan manusia di alam semesta yang luas ini, memerlukan keteraturan agar tercipta keseimbangan. Ada hukum alam yang yang harus diindahkan dan dicermati agar tatanan kehidupan di alam semesta tidak terjadi kekacauan, kerusakan, dan ketidaklestarian. Ketidakseimbangan tatanan alam akibat aturan-aturan sains dan hukum alam (sunnatullah) yang diabaikan, sesungguhnya akan menghadirkan kerugian dan bencana yang mengancam keberlangsungan hidup manusia.

Sesungguhnya, Allah Swt menciptakan manusia tidak dengan semena-mena. Tuhan membekali manusia dengan akal dan pikiran untuk dapat mempelajari, memahami, meneladani, dan melaksanakan aturan-aturan Allah Swt yang diajarkan melalui perantara para nabi dan rasul-Nya. Diutusnya para nabi dan rasul sesungguhnya untuk membawa risalah ajaran atau wahyu kepada manusia. Para nabi diturunkan Allah untuk mengajarkan manusia aturan agar selamat hidupnya secara individu, sosial, dan kehidupan secara keseluruhan.

Manusia yang abai terhadap aturan Allah Swt, akan timbul kerusakan dan ketidakbahagiaan. Oleh seba itu, tugas manusia dengan akal pikirannya adalah memahami dan mempraktikkan aturan-aturan Allah Swt agar tegak dalam kehidupan. Manusia dalam sepanjang hidupnya berkewajiban untuk menegakkan aturan dalam banyak aspek: Keimanan kepada Allah Swt, tatacara beribadah dan ketaatan kepada Allah Swt, akhlak kepada diri sendiri dan sesama, tatacara melestarikan dan mengelola kehidupan di dunia, dan mengelola amanah kehidupan secara keseluruhan.

Oleh sebab itu, tugas dan amanah manusia di sepanjang hidupnya, dalam memahami dan mempraktikkan aturan tidaklah mudah. Manusia, hendaknya selalu tanpa lelah dan senantiasa bersemangat dalam usahanya menegakkan aturan. Bagaimana caranya? “Manusia wajib mencari tambahnya ilmu pengetahuan,” pesan Kiai Dahlan. Ilmu pengetahuan adalah pintu pembuka segala bentuk aturan. Tanpa penguasaan ilmu pengetahuan mustahil dapat mengetahui aturan, apalagi mempraktikkan.

Ada prinsip penting yang diajarkan Kiai Dahlan dalam mencari ilmu pengetahuan. “Jangan sekali-kali merasa telah cukup pengetahuannya, apalagi menolak pengetahuan orang lain,” lanjut Kiai Dahlan. Prinsip ini penting untuk dijadikan pedoman bagi setiap pembelajar. Seorang pencari ilmu pengetahuan hendaknya tidak membuat tembok pembatas yang menghalangi diterimanya ilmu pengetahuan, yaitu perasaan merasa telah cukup ilmu dan kepandaiannya sehingga berperilaku sombong dengan menolak ilmu dari orang lain.

Apakah cukup setelah menguasai dan memahami ilmu pengetahuan? Tentu saja tidak. Ada hal yang lebih penting dalam kaitan memperoleh ilmu pengetahuan. Berikut pesan Kiai Dahlan: “Manusia itu perlu dan wajib menjalankan dan melaksanakan pengetahuannya yang utama, jangan hanya sekedar sebagai pengetahuan semata.” Ilmu tidak sebatas koleksi atau ensiklopedia yang disimpan di dalam pikiran. Ilmu adalah landasan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas amal perbuatan. Ilmu pengetahuan yang banyak, termanifestasi dalam amal perbuatan yang berbilang banyaknya.

Ilmu yang terwujud dalam amal adalah sebaik-baik perkara. Manusia berilmu pengetahuan lantas mewujudkannya dalam kualitas dan kuantitas amal perbuatan, adalah sebaik-baik makhluk. Termasuk dalam hal ini adalah mewujudkan keteraturan dalam hidup. Memahami aturan membutuhkan ilmu pengetahuan. Tegaknya aturan membutuhkan pelaksanaan ilmu dalam tindakan nyata. Aturan dalam bentuk kata-kata dapat terwujud dengan perjuangan setiap insan berilmu dalam pelaksanaan kata-kata yang terdapat dalam setiap aturan. Keteraturan dalam hidup adalah buah manis dari ilmu yang dimiliki manusia diiringi dengan komitmen secara konsisten dalam mempraktikkan aturan yang telah diketahuinya dalam tindakan amal nyata.

Kontributor: Ahmad Syauqi Fuady

banner_event3
Facebook
X
LinkedIn
WhatsApp
Threads