Ngaji dari Ahmad Dahlan II: Jalan Menuju Persatuan

Persatuan menjadi cita-cita setiap manusia. Bersatu hati antarmanusia tidak sekadar cita-cita, tetapi kebutuhan yang harus dicapai dan diwujudkan. Hadirnya persatuan merupakan tahapan penting bagi terwujudnya kebahagiaan. Persatuan antarmanusia menghajatkan hadirnya pemimpin-pemimpin yang tidak tercerai berai. Pemimpin yang bersatu hati akan mampu memimpin persatuan antarmamusia.

“Hari siang bukan karena ayam berkokok, akan tetapi ayam berkokok karena hari mulai siang”. Kalimat ini merupakan tamsil kepemimpinan yang diajarkan oleh Bung Hatta, Proklamator Kemerdekaan Indonesia. Tamsil dari Bung Hatta itu menyiratkan bagaimana seharusnya inyeraksi antara pemimpin dengan orang yang dipimpin: Pemimpin hadir karena ada kehendak orang yang dipimpin, bukan sebaliknya, kehendak orang yang dipimpin timbul karena hadirnya pemimpin.

Ada dua hal penting dari ajaran Bung Hatta di atas. Pertama, pemimpin hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang apa yang diinginkan dan dikehendaki oleh orang yang dipimpinnya. Sehingga pemimpin berbuat sesuai isi hati dan pikiran orang yang dipimpinnya. Kedua, orang yang dipimpin haruslah memiliki kehendak. Orang yang dipimpin memiliki pengetahuan tentang siapa dirinya dan apa yang diinginkannya secara mandiri. Orang yang dipimpin harus menjadi orang yang berpengetahuan.

Kiai Dahlan, memiliki hikmah dan jalan berpikir, yang senapas dengan ajaran Bung Hatta. “Para pemimpin harus mengerti benar tingkah laku, keadaan, adat-istiadat orang-orang yang dipimpinnya agar supaya mampu berbuat dengan mengingat kemampuan sendiri tanpa harus tergesa-gesa serta memahami berbagai hal yang dapat diterima dan ditolak oleh mereka,” kata Kiai Dahlan.

Pemimpin yang baik memiliki pikiran yang sejalan dengan pikiran orang yang dipimpinnya. Karakter pemimpin idaman terletak pada kemauannya untuk menyelami isi hati orang yang dipimpinnya. Hikmah seorang pemimpin lahir dari seberapa sungguh-sungguh pemimpin dalam mencari ilmu pengetahuan untuk dapat menyuarakan serta memperjuangkan isi hati, pikiran, dan kehendak orang yang dipimpinnya.

Oleh karena itu, seorang pemimpin, maupun calon pemimpin, hendaknya membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan. Bersemangat dan tidak berhenti untuk mendapatkan hikmah dan ilmu dari berbagai sumber. Mengapa ilmu pengetahuan penting? Karena ilmu pengetahuan menawarkan kebenaran. Kebenaran hendaknya menjadi pikiran utama seorang pemimpin atau calon pemimpin. Kebenaran adalah perihal yang senantiasa harus disampaikan dan diperjuangkan.

Pemimpin yang abai terhadap ilmu pengetahuan, akan kebingungan dalam menuntun orang yang dipimpinnya dalam jalan kebenaran. Kebingungan pemimpin menyebabkan orang yang dipimpin tidak satu arah, satu cita, dan satu kehendak. Pemimpin yang buta kebenaran, sulit mewujudkan persatuan antarorang yang dipimpinnya. “Dan jangan sekali-kali puas dan putus asa sebelum menemukan kebenaran tersebut. Dengan kebenaran yang kita temukan maka bukankah manusia lalu satu asasnya, satu pengetahuannya, dan satu tindakannya,” pesan Kiai Dahlan.

Tidak hanya pemimpin, orang yang dipimpin harus juga berusaha dan berbulat tekad untuk mencari tambahan ilmu pengetahuan. Setiap orang hendaknya tidak boleh merasa puas diri dengan ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya. Setiap orang memiliki kewajiban untuk membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan sehingga tidak mudah bengkok dari jalan kebenaran. Seseorang dengan ilmu pengetahuan dan kebenaran akan mampu menuntun dirinya ke arah kepastian kehendak, pikiran, dan kemauan.

Menjadi pribadi yang bersemangat dalam memperoleh ilmu pengetahuan adalah hal penting, karena menurut Kiai Dahlan, “Manusia akan menjadi gembira apabila mereka dapat memahami, melaksanakan sesuai dengan apa yang diajarkan,” lantas lanjut Kiai, “Manusia merasa segan dan tidak mau menerima hal-hal yang kelihatannya baru dan berbeda dengan apa yang telah dijalani selama ini.” Dalam proses mencari pengetahuan ada resistensi, keengganan, dan bahkan penolakan dalam mencari kebenaran atau ilmu pengetahuan baru.

Demikian jalan untuk terciptanya persatuan antarmanusia. Pertama adalah pemimpin yang memiliki ilmu pengetahuan yang dapat menuntun ke arah kebenaran. Kedua adalah orang yang dipimpin senantiasa bersemangat mencari ilmu oengetahuan dan kebenaran baru. Tidak menolak saat menemukan kebenaran baru yang berbeda dengan yang telah diyakini sebelumnya. Kedua hal ini akan menuntun bersatunya hati antarmanusia yang dituntun oleh ilmu pengetahuan dan kebenaran. Jalan persatuan adalah jalan ilmu pengetahuan. Persatuan terwujud saat kebenaran dipegang, dipahami, dan dipedomani oleh setiap orang: Baik pemimpin maupun yang dipimpinnya.

Kontributor: Ahmad Syauqi Fuady

banner_event3
Facebook
X
LinkedIn
WhatsApp
Threads