Ibadah haji memiliki kedudukan sangat istimewa, tidak semua orang Islam diberikan kemampuan menjalankan ibadah haji. Salah satu hal penting yang harus senantiasa diingat oleh semua jamaah haji, khususnya rombongan jamaah haji KBIHU Masyarakat Madani, adalah selalu menjaga niat.
Jamaah haji meninggalkan tanah air selama 40 hari menuju Makkah, bukan menjadi turis untuk tamasya atau rekreasi. Beribadah haji adalah menjadi tamu Allah Swt. Oleh karena itu, jangan ada niat selain beribadah kepada Allah Swt. Jangan ada niat-niat duniawi lainnya yang dapat merusak ibadah haji.
Jangan ada niat menunaikan ibadah haji agar bisa membeli jam tangan murah, dapat membeli emas yang murah, serta perhiasan lainnya yang bagus-bagus. Jagan pula ada niat berhaji supaya ketika pulang haji dapat memakai kopiah putih, baju gamis, serta mendapat panggilan “pak/ibu haji” setiap bertemu orang, lantas disalami dan dicium tangannya.
Maka sekali lagi, kami ingatkan dan pesankan, bahwa niat pertama dan utama ibadah haji, adalah hanya untuk beribadah kepada Allah Swt. Mengapa niat itu penting, karena banyak jamaah haji yang niatnya berubah ketika berada di tanah suci.
Terkadang ada jamaah haji yang baru saja turun dari Jeddah sudah sibuk dan tidak bisa menahan diri masuk ke pusat belanja. Mereka sibuk mencari emas mewah, membeli permadani, bahkan ibu-ibu sudah ribut membeli cincin, padahal belum beribadah haji.
Orang berhaji kalau niat ibadahnya kuat, jangankan bertemu hal-hal yang enak, bertemu hal-hal yang tidak enak saja, menjadi enak. Mengapa, karena niatnya kuat hanya untuk beribadah kepada Allah Swt. semata.
Ada hal yang yang perlu diingat, selama rangkaian ibadah haji, kalau niatnya ingin mencari kenikmatan biologis dan duniawi, maka tidak akan menemukan. Sebaliknya, ketika orang berhaji, niatnya kuat untuk beribadah kepada Allah Swt., akan mendapatkan kebahagiaan batin karena mampu menunaikan panggilan Allah swt.
Tentu saja, Ibadah haji berkaitan erat dengan hal-hal duniawi. Menunaikan ibadah haji harus mengeluarkan uang banyak, rumah ditinggal, pekerjaan ditinggal, anak dan famili ditinggal. Saat tiba di Makkah, berkumpul jutaan manusia, berdesak-desakan, tidur tidak teratur, bertemu orang dari negara lainnya yang tinggi dan besar. Selain itu, kondisi cuacanya panas dan terik.
Akan tetapi, belum pernah ditemukan jamaah haji yang telah pulang kembali ke tanah air mengucapkan kata “kapok” atau menyesal menunaikan ibadah haji. Sebaliknya, kita sering mendengar kisah jamaah haji, ketika menunaikan tawaf wada (tawaf perpisahan), mengucapkan selamat tinggal ke Ka’bah karena akan kembali pulang ke tanah air, penuh linangan air mata.
Air mata menetes dan terurai membasahi pipi, tanpa terasa hati menjerit, memohon kepada Allah Swt. untuk diberikan kesempatan bisa kembali lagi menunaiakn ibadah haji. Padahal belum pulang ke tanah air, tetapi sudah pengin kembali berhaji.
Hal inilah yang akan terjadi apabila selama berhaji, niatnya hanya beribadah, akan merasakan kebahagiaan batin: Hati bahagia. Apabila hati bahagia, penderitaan badan tidak terasa. Kalau niat haji untuk ibadah hanya kepada Allah Swt. kuat, maka jarak jauh, terasa dekat. Akan tetapi kalau niat ibadahnya lemah, jarak dekat terasa jauh.
Penulis: Drs. H. Sholikin Jamik, S.H., M.H.
(Ketua KBIHU Masyarakat Madani Bojonegoro)