Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dr. H. M. Saad Ibrahim, M.A. hadir memberikan sambutan dalam Pelantikan Mudir dan Launching Pilot Project Pondok Pesantren Muhammadiyah Boarding School (PP MBS) Al-Amin Bojonegoro, Ahad (14/9/2025).
Saad menegaskan posisi strategis Muhammadiyah dalam dunia pendidikan Islam, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Saad mengisahkan pertemuannya dengan seorang cendekiawan Boston University, Robert W. Hefner pada tahun 2020. Hefner secara tegas menyatakan bahwa pendidikan Islam terbaik di dunia saat ini adalah pendidikan Muhammadiyah.
“Biasanya orang beranggapan pendidikan Islam terbaik itu di Timur Tengah. Tetapi Hefner menilai pendidikan Muhammadiyah yang memadukan agama dan sains sebagai pendidikan Islam terbaik,” ungkapnya.
Pernyataan tersebut, menurut Saad, menunjukkan betapa besar peran Muhammadiyah dalam mengembangkan pendidikan Islam modern dalam menjawab kebutuhan zaman tanpa kehilangan akar religiositasnya.
Saad menjelaskan bahwa semenjak berdirinya, Muhammadiyah terbuka dalam mengajarkan ilmu agama dan sains. Sekolah Muhammadiyah mengajarkan pelajaran agama seperti Al-Qur’an, Hadis, Fiqih, Tauhid, dan Akhlak serta pelajaran umum seperti Geografi, Matematika, hingga Astronomi (ilmu falak).
“KH. Ahmad Dahlan jauh sebelum istilah imtak dan iptek populer sudah mempraktikkannya. Pendidikan Muhammadiyah sejak awal berdiri adalah pendidikan yang memadukan agama dan sains. Inilah basis keunggulan kita,” jelasnya.
Visi pendidikan Ahmad Dahlan dengan memadukan agama dan sains adalah fondasi kuat bagi Muhammadiyah untuk melahirkan generasi muslim modern yang berilmu, berakhlak, sekaligus terbuka terhadap kemajuan seperti ilmuwan Muslim pada masa kejayaan Islam (Golden Age).
Saat ini, menurut data PP Muhammadiyah, terdapat 447 pondok pesantren Muhammadiyah di seluruh Indonesia dan sekitar 90 pesantren berada di Jawa Timur. Angka ini menunjukkan bahwa pesantren telah menjadi bagian penting dari gerakan Muhammadiyah.
Saad Ibrahim menegaskan bahwa pesantren Muhammadiyah tidak boleh hanya mengajarkan ilmu agama secara tekstual, tetapi juga harus menyiapkan santri untuk terlibat aktif dalam dunia sains, teknologi, dan riset.
“Kalau ingin membangun kembali kejayaan Islam, kita harus melahirkan generasi yang tidak hanya kuat dalam ilmu agama, tapi juga unggul dalam sains dan teknologi. MBS Al-Amin yang diresmikan hari ini adalah langkah nyata ke arah itu,” tandasnya.
Saad Ibrahim optimis PP MBS Al-Amin Bojonegoro, yang kini resmi menjadi pilot project PP Muhammadiyah, akan menjadi model pendidikan Islam modern yang memadukan riset, sains, dan teknologi dengan nilai religiositas Islam.
“MBS Al-Amin harus menjadi laboratorium peradaban Islam berkemajuan. Kita berharap, MBS Al-Amin dapat melahirkan santri yang religius, cerdas, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan global. Inilah kontribusi nyata Muhammadiyah untuk bangsa dan umat,” pungkasnya.