Haji adalah ibadah yang menggabungkan tiga hal sekaligus, yaitu ibadah badaniyah, ibadah maliyah, dan ibadah qolbiyah. Selain itu, ibadah haji sangat berat, namun apabila dijalankan dengan ikhlas, pahalanya sungguh indah: surga Allah Swt.
Ada satu hal penting agar sukses dan lancar menjalankan ibadah haji, yaitu sabar. Sabar yang tidak ada batasnya. Banyak kasus yang terjadi karena kurang sabar, ada kasus suami-istri yang selama di tanah air hubungannya baik-baik saja, namun ketika di tanah suci sering bertengkar. Sebabnyakarena kurang sabar.
Ada sepasang suami istri, suaminya pamit sama istrinya mau menjalankan tawaf sunah, istrinya disuruh menunggu di tiang yang ditunjuk tidak boleh kemana-mana. Padahal semua tiang bentuk dan warnanya sama. Alhasil, setelah suami selesai tawaf, kebingungan mencari istrinya. Semua tiang diputar, sampai capek tidak ketemu. Padahal istrinya setia menunggu di tempat tiang yang ditunjuk suaminya.
Setelah capek baru ketemu, saat ketemu muka suaminya mencekam, keringat kekecucuran, dan marah tidak karuan. Sang suami menuduh istrinya pindah kemana-mana. Padahal istrinya setia menunggu di tiang yang ditunjuk suami, suami yang keliru arah dan kebingungan mencari tiang yang disepakati.
Cerita lainnya, kadang karena masalah air, antrean kamar mandi di Arafah, di Muzdalifah, dan di Mina. Terkadang pula timbul masalah karena tenda, masalah makanan, serta hal-hal lainnya menyebabkan kita tersinggung dan mudah sekali marah-marah.
Itulah sebabnya sabar menjadi ibadah hati yang wajib diawa dan diingat selama beribadah haji. Allah Swt. berpesan agar selama menjalankan ibadah haji senantiasa menjaga dan mengontrol diri agar jangan sampai jatuh pada perbuatan yang merusak ibada haji.
Pertama, rofas. Rofas adalah larangan untuk berkata kotor saat menjumpai hal-hal yang tidak sesuai harapan, berkata yang mengandung rangsangan nafsu seksual.
Kedua, fusuk. Fisik adalah kata-kata yang keji atau kata-kata penyesalan dalan menjalankan ibadah haji. Mengumpat-umpat keadaan karena tidak sesuai harapan.
Ketiga, jidal. Jidal adalah perdebatan dan pertengkaran yang dilakukan saat sedang beribadah haji. Pertengkaran karena berjumpa dengan banyak orang, potensial terjadi. Pertengkaran dengan siapa saja. Kondisi panas menyebabkan orang mudah tersinggung. Menunggu datangnya air, makanan, kendaraan juga dapat memicu pertengkaran.
Sekali lagi, hal-hal di atas dapat terjadi karena kurang sabar. Islam memberi arahan, bahwa ada tiga bentuk sabar. Pertama, sabar dalam ketaatan. Ketika telah memakai pakaian ihram, tidak boleh mencukur, tidak boleh potong kuku, tidak boleh membunuh binatang, dan tidak boleh melakukan hubungan suami istri.
Contoh di atas merupakan hal-hal yang kita diminta untuk sabar dalam taat selama berhaji. Contoh lainnya, ketika melaksanakan puasa Ramadan. Meskipun haus dan lapar, namun azan Magrib belum berkumandang, harus sabar untuk tidak makan dan minum. Kita diajari sabar dalam ketaatan.
Kedua, sabar dalam meninggalkan maksiat selama menunaikan ibadah haji. Selama haji harus sabar agar tidak berbuat jidal, tusuk, dan rofas.
Ketiga, sabar pada waktu menghadapi ujian. Ketika kita berhaji menemui hal yang tidak sesuai harapan, itu adalah ujian. Islam mengajarkan sabar saat menghadapi ujian di dalam Surat Al Baqarah ayat 157. “Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”.
Konsep istirja’ menegaskan bahwa saat menghadapi ujian, kita yakin bahwa kita semua berasal dari Allah Swt.dan akan kembali kepada-Nya. Maka tatkala menghadapi masalah, kehilangan suasana yang aman saat berangkat tarwiyah, di tenda Mina, di tenda Arafah, maka harus sabar.
Begitu pun tatkala kehilangan jabatan, harta, pangkat, maka kembalikan pada konsep di atas, yaitu sabar. Karena sesungguhnya harta, jabatan, pangkat, suasana yang tidak enak, semua berasal dari Allah Swt. dan akan kembali kepada Allah Swt.
Penulis: Drs. H. Sholikin Jamik, S.H., M.H. (Ketua KBIHU Masyarakat Madani Bojonegoro)