Ngaji dari Ahmad Dahlan IV: Manusia Membutuhkan Agama

“Manusia itu perlu dan harus beragama,” kata Ahmad Dahlan. Kebutuhan manusia tidaklah semata bersifat fisik dan materi. Ada pula kebutuhan yang bersifat psikis dan mental, agama salah satunya. Maka, agama, sebagaimana kebutuhan manusia lainnya, perlu dan harus dipenuhi agar kehidupan manusia seimbang dan berjalan sebagaimana seharusnya.

Ada kecenderungan di tengah laju dan majunya dunia modern saat ini untuk menihilkan peran agama. Agama ditepikan ke buritan peradaban sebagai sebuah antitesis bagi kemajuan ilmu. Dunia modern dengan berdasar kepada nilai serba materi, logika, dan positivistik meletakkan keimanan kepada Tuhan dan ketundukkan kepada ajaran agama sebagai sebuah kelemahan dan keridakmampuan dalam mengarungi tantangan dan masalah dalam kehidupan.

Kecenderungan lain yang muncul adalah adanya kepercayaan kepada adanya Tuhan, tetapi menolak menjadi pemeluk agama. Hubungan manusia dalam kaitan dengan kepercayaan kepada Tuhan bersifat pribadi, sublim, dan internal manusia (individual religion). Kepercayaan ini tidaklah perlu diatur dan mengikuti ajaran-ajaran agama secara institusi (institutional religion). Mengikuti salah satu agama dinilai sebagai ‘penjara’ dalam mengekspresikan kepercayaan dan keimanan kepada Tuhan. Dalam kata lain, agama tidak punya hak mengatur cara dan ekspresi keimanan dan penyembahan seseorang kepada Tuhan.

Agama oleh beberapa ahli dan pendapat diartikan sebagai sistem kepercayaan atau pandangan hidup yang ditetapkan dalam institusi tertentu sehingga dapat dibedakan antara agama satu dengan lainnya. Agama memiliki ajaran yang berasal dari Tuhan dalam bentuk wahyu sakral sebagai petunjuk, pedoman, dan ajaran bagi untuk dilaksanakan dalam kehidupan manusia di alam dunia. Maka beragama berarti memeluk suatu agama, menerima ajaran yang diwahyukan, serta mengamalkan ajaran-ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pendekatan di atas, maka agama tidak semata berwujud institusional-formal, tetapi menjadi fungsional dalam kehidupan manusia. Beriman kepada Tuhan diikuti dan diwujudkan dalam ketaatan terhadap ajaran agama yang diwahyukan. Keimanan kepada Tuhan akan menjadi fungsional dalam kehidupan manusia ketika ajaran Tuhan yang diajarakan dalam dalam agama diterapkan sehari-hari.

Melaksanakan ajaran agama artinya menempuh jalan mendekat dalam hubungan dengan Tuhan. Pendekatan ini akan menjadikan agama berperan penting dan fungsional karena ia mengandung ajaran yang ditetapkan Tuhan untuk dilakukan dalam kehidupan manusia, baik dalam berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, dan orang lain. Agama dalam sudut pandang ini dapat menjadi rujukan dan pedoman dalam memenuhi kebutuhan rohani manusia. Agama menjadi suplemen bagi kebutuhan jiwa dan mental manusia karena agama relate dengan tantangan dalam kehidupan. Agama tidak terasing dari percaturan kehidupan.

Agama menurut Kiai Dahlan diartikan sebagai “cenderungnya rohani berpaling dari nafsu, yang naik ke angkasa kesempurnaan, yang suci, yang bersih dari tawanan benda-benda.” Lebih lanjut, Kiai Dahlan menerangkan bahwa “Orang beragama adalah orang yang menghadapkan jiwanya kepada Allah dan berpaling dari lainnya. Bersih tidak dipengaruhi lain-lainnya, hanya tertuju kepada Allah, tidak tertawan oleh kebendaan dan harta benda. Sikap ini dapat dibuktikan dan dilihat dengan kesadaran menyerahkan harta benda dan dirinya kepada Allah.” Agama menjadi penuntun jiwa dan rohani manusia berpaling dari selain Allah Swt, kemudian diikuti dengan ketaatan pada-Nya.

Manusia beragama adalah yang hatinya bersih dari nafsu yang merusak keimanan kepada Allah Swt, lantas membuktikan keimanannya dengan komitmen beramal perbuatan nyata sebagai wujud penyerahan dirinya kepada Allah meliputi segenap jiwa dan harta bendanya. Ahmad Dahlan menekankan perihal ini bahwa “Janganlah kamu berteriak-teriak sanggup membela agama meskipun harus menyumbangkan jiwamu sekalipun. Jiwamu tidak usah kamu tawarkan. Kalau Tuhan menghendakinya, entah dengan jalan sakit atau tidak, tentu akan mati sendiri. Tapi beranikah kamu menawarkan harta bendamu untuk kepentingan agama? Itulah yang lebih diperlukan pada waktu sekarang ini.”

Tampak jelas bahwa seseorang beragama, dalam kacamata Ahmad Dahlan tidaklah memunggungi dunia praktis. Agama sudah sepatutnya menjadi spirit moral dalam melakukan segala perbuatan di dunia. Agama meliputi segala aspek kehidupan manusia, tanpa terkecuali. Dengan demikian, beragama yang baik, haruslah diwujudkan dalam beramal terbaik di segala sektor kehidupan. Orang yang memegang teguh nilai-nilai ajaran agama sudah sepantasnya tidak mati gaya berhadapan dengan deru dan laju kehidupan dengan segala problematikanya.

Berkaitan dengan peranan agama dalam kehidupan manusia, wasiat Ahmad Dahlan berikut ini penting diinsafi: “Mula-mula agama Islam itu cemerlang, kemudian kelihatan makin suram. Tetapi, sesungguhnya yang suram itu adalah manusianya, bukan agamanya.” Wasiat Kiai Dahlan setarikan napas dengan ungkapan Muhammad Abduh, “Al-Islamu mahjubun bilmuslimin”, keindahan Islam itu sering tertutup oleh keburukan perilaku umat Islam. Bahwasanya bukan Islam yang kalah dan suram, tetapi pikiran, perilaku, dan sikap umatnya yang jauh dari nilai-nilai asasi agama yang sesungguhnya suram dan kelam.

Presiden Soekarno tahun 1962 mengungkapkan bahwa Islam dalam pandangan Ahmad Dahlan, adalah agama yang mampu memberi energi kelahiran kembali (regeneration) dan peremajaan kembali (rejuvenation) untuk memajukan dalam segala aspek kehidupan. Lebih lanjut, Soekarno menekankan bahwa Islam dalam pandangan Kiai Dahlan adalah “agama yang sederhana, yang gampang, yang bersih, yang dapat dilakukan oleh semua manusia yang tidak pentalitan, tanpa pentalit-pentalit, satu agama yang mudah sekali.”

A.R. Fahruddin menjelaskan bahwa pandangan Islam Kiai Dahlan, sebagaimana testimoni Presiden Soekarno, bukanlah mazhab atau ajaran baru. Kiai Dahlan hanya menggali saripati inti agama Islam. Untuk menjadi seorang bergama yang baik, Kiai Dahlan berpesan “Dadiyo kyai sing kemajuan”. Jadilah kiai berkemajuan dengan jalan tekun belajar untuk mencari ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan modern, kemudian bersedia bekerja sungguh-sungguh menggunakan ilmunya itu untuk menyelesaikan persoalan-persoalan dalam segala aspek kehidupan.

Kontributor: Ahmad Syauqi Fuady

banner_event3
Facebook
X
LinkedIn
WhatsApp
Threads